Novel Cinta Sangat Romantis, Cocok Untuk Netizen Jaman Now – Part7

Novel Cinta Sangat Romantis – Halo Sobat Bijak, Masih melanjutkan Cerita tentang kisah cinta yang romantis remaja jaman now. Kalau kamu belum membaca part sebelumnya. kamu bisa ikuti tautan berikut:

Sekarang kita lanjutkan ya!

Novel Antara Cinta dan Sahabat – Part7

Hari masuk sekolah telah tiba. Liburan begitu cepat berlalu bagiku. Kini aku sudah menempati sekolah baru di tingkat yang lebih tinggi.

Tiga hari masuk sekolah diisi dengan kegiatan MOS. Di SMA 2 Jakarta, MOS diisi dengan pembinaan terhadap para siswa baru. Selain itu, juga ada banyak pengarahan dari sekolah maupun dari petugas yang ditugaskan sekolah untuk memberi bimbingan kepada kami.

Salah satu bimbingannya adalah bahaya merokok dan narkoba. Setelah bimbingan itu, aku menjadi tahu bahaya apa saja yang ditimbulkan narkoba dan rokok.

Tiga hari mengikuti MOS, aku dan teman-teman yang lain sudah masuk seperti biasa. Tetapi, kegiatan belajar mengajar masih sangat jarang karena terganggu kegiatan PHBN.

Dalam kegiatan PHBN, aku hanya mengikuti lomba gerak jalan saja. Walaupun begitu, itu sudah aku rasa kegiatan yan sangat melelahkan bagiku. Sampai-sampai kaki ku tidak bisa digerakkan kalau malam.

Di SMA, aku mendapatkan sahabat-sahabat yang baru. Mereka adalah: Anindya Cyntia Bella yang biasa disapa Bella, dia adalah teman sebangkuku.

Marcela Cecilia Azura yang biasa di sapa Zura. Maria Eka Adisty yang biasa disapa Maria.

Disya Arinda yang biasa dipanggil Disya, Adrian Exa Yanuar yang biasa disapa Exa. Dika Raka Pamungkas yang biasa disapa Dika. Bayu Vernanda Cristian yang biasa di sapa Bayu. Dan Zovia Bima Antara yang biasa disapa Zovi.

Salah satu sahabat ku Bayu Vernanda Cristian. Dia adalah seorang cowok yang bisa dibilang over aktiv seperti aku. Aku deket sama dia. Tapi, cuma sebatas teman.

Walaupun awalnya hanya teman, tapi lama-lama aku jadi suka sama dia. Kedekatan ku sama Bayu karena saudara jauhku yang ada di Jakarta rumahnya dekat dengan rumahnya Bayu.

Aku sering nitip sesuatu buat saudaraku lewat Bayu. Semakin lama, aku semakin dekat dengan dia.

Aku ingin sekali mengutarakan isi hati ku kepadanya. Tapi, saat aku ingin mengutarakan persaanku, ternyata dia malah menyukai sahabat baruku bernama Viona Natalia Octaviana.

Untungnya aku sudah di beri tahu tentang Bayu suka sama Vio (Panggilan Viona) oleh Maria teman ku sebelum aku bilang ke Bayu kalau aku suka sama dia.

Tepat tanggal 14 Agustus, Bayu jadian sama Vio. Bayu menembak Vio saat ada bazaar dan Pensi di sekolah. Aku kira bazaar dan Pensi itu akan menarik. Tetapi malah membuat hatiku hancur untuk kedua kalianya.

Aku sungguh benar-benar kecewa terhadap Bayu. Saat itu, aku hanya bisa menangis sendirian di kelas. Lalu, Vio menghampiriku. “Ca, kenapa Loe menangis ?” “Nggak apa-apa Yo !” Kataku sambil mengusap air mata yang berlinang di pipi.

“Gue tau kok gimana perasaan Loe ?” Kata Vio. “Vio, Loe nggak pernah tau gimana perasaan gue sebenernya ! Gue sayang banget sama Bayu !” Kata ku dalam hati. “Eca, maafin gue ya…?

Bukan maksud gue ngerebut Bayu dari Loe ! Tapi, ini keinginan Bayu !” Kata Vio. Aku langsung terperanjat. “Loe tau dari mana Yo ?” Kataku. “Aku bisa lihat dari tatapan mata loe Ca ! Kalo loe sayang banget sama Bayu.

Sekali lagi gue minta maaf ya Ca ?” Kata Vio. “Ya udah nggak apa-apa ! Aku kan bukan siapa-siapanya Bayu ! jadi, santai aja Yo !” Kataku. “Ke depan yuk Ca ?” Kata Vio. “Ayo…!” Kataku.

Meskipun hatiku hancur, tapi aku mencoba untuk tetap tegar menghadapi hidup yang kian sulit ini. Aku akan tetap berada di samping Vio untuk menyemangati Vio meski dia sudah memiliki Bayu.

Hari demi hari aku lewati. Tak terasa sudah hampir setengah tahun aku berada di SMA. Tiba-tiba perasaan rindu ku pada Oliv muncul. Aku bertekat untuk pergi ke Surbaya liburan semester satu nanti dan sekalian mampir ke Pare-Kediri untuk bertemu Oliv.

Sebenarnya aku juga ingin mengajak Marsya dan Rio untuk pergi ke Surabaya. Tapi, mungkin mereka tidak akan mau karena mereka katanya akan liburan ke luar negeri bersama keluarganya masing-masing pada liburan semester satu nanti.

Huh…luar negeri. Kalau aku minta liburan ke luar negeri seperti mereka kepada mama dan papa, pasti aku akan di ekspor ke Australia.

Sungguh membosankan. Tapi, kali ini aku ingin liburan di Surabaya saja. Sedangkan Zakka akan ke Australia bersama sepupuku. Akhirnya aku menghadapi ujian semester satu yang cukup sulit.

Tapi, aku tetap optimis bahwa aku bisa mengerjakannya. Satu minggu aku melewati ujian semester satu. Sebenarnya, setelah ujian tidak ada pelajaran disekolah.

Tapi, kalau nanti tidak masuk, nanti ketinggalan pengumuman pembagian rapor. Serba salah kalau begini.

Hari ini aku harus mengantarkan Zakka ke bandara. Dia akan pergi ke Australia untuk liburan bersama sepupuku. Aku di rumah sendirian. “Andai Oliv masih ada di sini ! Pasti aku takkan kesepian seperti ini dan pasti rumah ini akan ramai dengan keceriaannya ! Gimana ya keadaan dia sekarang ? Aku jadi ingin segera kesana ! OLIV I AM COMING !” Kata Hati ku.

Seminggu kemudian, aku menerima rapor hasil ujianku. Huh…hasilnya sangat buruk sekali. Rangking 12. Sedangkan Zakka yang masih duduk di kelas delapan bisa menyabet rangking 2. Saat aku perjalanan pulang kerumah, tiba-tiba hp ku bernbunyi.

Setelah aku lihat ternyata mama menelepon ku. “Assalamualaikum…!” Kataku. “Waalaikumsallam…!” Jawab mama. “Ada apa ma ?” Tanyaku. “Zian, kamu segera ke Surabaya ya ?” Kata mama dengan nada yang ku rasa mama sedang menangis.

“Iya mama ! Aku tiga hari lagi mau ke Surabaya !” Kataku. “Sekarang Zian !” Kata mama. “Memangnya kenapa ma ?” Tanya ku. “Kakek ! Kakek meninggal !” Kata mama.

Aku langsung kaget sekali. “Innalillahhiwainnailaihirojiun ! Oke ma ! aku akan segera ke Surabaya !” Kataku. “Ya sudah…! assalamualaikum…!” Kata mama. “Waalaikumsallam…!” Jawab ku. Aku langsung memacu motor ku kembali kerumah.

Sesampainya di rumah, aku langsung menyiapkan koperku untuk pergi ke Surabaya. Koperku itu kuisi dengan barang-barang yang aku perlukan selama satu minggu di Surabaya nanti.

Sesudah itu, aku menelepon agen taxi untuk memesan taxi agar mengantarkan ku ke bandara. Saat taxi pesananku tiba, aku langsung mengunci pintu rumah dan masuk ke taxi tadi.

Lalu petugas taxi meminta mengecek kembali barang bawaanku agar tidak ada yang tertinggal. Tapi, baru aku sadar laptop ku tertingal di dalam rumah.

Terpaksa aku harus kembali kedalam rumah untuk mengambilnya. Di dalam taxi, aku mencoba menelepon Zakka atau kak Vizca. Ternyata, Zakka dan kak Vizca sudah sampai di Surabaya sejak tadi malam.

Sesampainya di bandara, aku langsung membeli tiket penerbangan ke Surabaya. Setelah menunggu di bandara hampir satu setengah jam, akhirnya aku terbang juga ke Surabaya.

Didalam pesawat, aku hanya memikirkan bagaimana keadaan di rumah kakek dan nenek. Tak terbesit sedikitpun dalam benakku untuk bermain ke tempat Oliv. Yang ada di fikiran ku hanya aku harus sampai di Surabaya sebelum kakek dimakamkan.

Sesampainya di Surabaya, ku kira tidak ada yang menjemputku. Tetapi aku salah. Om Ferdi sudah standby sejak satu jam tadi di bandara untuk menjemputku.

“Zian…!” Teriak om Ferdi memanggilku. Aku langsung menoleh. “Eh om apa kabar ?” Kataku menghampiri om Ferdi. “Baik ! Zian, satu setengah jam lagi kakek dimakamkan.

Kita harus cepat-cepat !” Kata Om Ferdi lalu mengajakku keparkiran untuk mengambil mobilnya. Sesampainya dirumah kakek, aku langsung mencari ayah dan ibu.

Setelah bertemu mereka, aku pun langsung melihat jenazah kakek yang telah dibungkus kain kafan. Aku tak kuasa menahan tangisku. Aku sangat kehilangan kakek.

Kakeklah yang selalu mengingatkanku saat aku berbuat salah. Kakek juga yang menyadarkan aku tentang kelakuanku yang sangat bandel saat aku masih kelas 3 SD.

Aku hanya berfikir : “Siapa yang akan aku peluk pertama kali saat aku pulang ke rumah kakek? Siapa yang selalu memberi cucunya hadiah bila cucunya mendapatkan sesuatu yang membanggakan? Dan siapa yang akan mengingatkan para cucunya untuk selalu shalat dan mengaji?”

Hanya kata-kata itu yang ada dalam benakku. Saat pemakaman kakek, sebenernya aku dilarang ikut oleh kakak. Karena kakak tau kalau nanti aku tak bisa menahan kesedihanku aku akan pingsan.

Tetapi, aku memaksakan untuk ikut ke pemakan kakek. Apa boleh buat, kakak tidak berkutik kalau sudah ku buat begini. Tapi benar apa kata kak Vizca. Aku benar-benar tidak kuat menahan kesedihanku karena kehilangan kakek.

Akhirnya aku pingsan. Satu minggu sudah aku dan Zakka di Surabaya. Aku dan Zakka harus kembali ke Jakarta karena sekolah akan segera masuk. Saat kami kembali ke Jakarta, kak Vizca ikut ke Jakarta juga. Katanya kangen suasana Jakarta. Kak Vizca kembali ke Australia satu bulan lagi.

Aku merasa sangat senang sekali karena rumah tidak sepi lagi. Meskipun hanya sebentar.

Setelah tiba di Jakarta, keesokan harinya aku dan Zakka harus masuk sekolah. Di sekolah, teman-teman ku membicarakan tentang liburan mereka. Tetapi aku hanya duduk diam sambil membaca buku pelajaran.

“Eca, liburan loe kemana ?” Tanya Vio yang tiba-tiba ada di sampingku. “Ke Surabaya ! Kakek meninggal !” Kataku singkat lalu memperhatikan buku lagi. “Innallahiwainnailaihirojiun…! Kapan Ca meninggalnya ?” Kata Vio. “Seminggu yang lalu !” Kataku.“Aku turut berduka cita ya Ca !” Kata Vio. Aku hanya tersenyum padanya dan mengangguk.

Hari ini aku pulang sekolah pagi karena belum ada pelajaran. Di tengah perjalananku pulang, aku mencoba mengingat-ingat sesuatu yang ku lupa saat di Surabaya.

Tapi, sampai di rumahpun aku masih lupa dengan apa yang ku lupa waktu di Surabaya. Sesampainya di rumah, aku langsung kaget karena ada cowok yang seumuran kakak duduk-duduk di kursi yang berada di teras rumah.

Aku tak kenal siapa cowok itu. Lalu aku mencoba menanyainya. “Maaf, mas ini siapa ya ?” Kata ku. “Oh, kamu adiknya Vizca ya ? Kenalin aku Firman ! Kamu Zian kan ?” Kata Cowok tadi.

“Benar ! Tapi panggil aja aku Eca ! Mas Firman temannya kak Vizca ya ?” Tanya ku. “Bukan hanya teman ! Tapi pacar !” Kata kakak tiba-tiba dari dalam rumah.

“Ceritanya udah berani pacaran ?” Kataku. “Ya udah lah…! Kan udah di ijinin sama papa dan mama !” Kata Kak Vizca. “Zian, kapan-kapan kamu main ya ke rumah kakak ? Adik kakak juga seumuran kamu lho !” Kata Kak Firman.

“Beres kak ! Adik kakak cowok atau cewek ?” Tanyaku. “Cowok ! Dia juga ganteng banget lho kayak kakaknya…!” Kata kak Firman. Aku dan Kak Vizca hanya tertawa.

“Kepedean…!” Kata kak Vizca. “Emangnya nggak boleh apa ?” Kata Kak Firman. “Kak Firman ini temannya kak Vizca waktu kuliah di Jakarta ?” Tanya ku. “Nggak ! Baru kenal tiga bulan yang lalu di Australia !” Kata Kak Firman.

“Satu kampus di Australia !” Tambah Kak Vizca. “O…!” Kata ku singkat, padat dan Jelas. “Udah ah…kakak udah kesiangan nih !” Kata Kak Vizca. “Mau kemana sih kak ?” Tanya ku. “Kak Vizca mau kakak kenalin sama orang tua kakak !” Kata Kak Firman.

“Baik-baik di rumah ya sayang…!” Kata kak Vizca. “Oke…!” Kata ku. “Satu lagi ! Tolong jemput Zakka di sekolah ya…!” “Beres…!” Kataku sambil mengangkat jempol. “Kakak pergi dulu ya, sayang !” Kata kak Vizca.

“Kak Firman jangan malam-malam ya kalo ngebalikin kakak !!!” Kataku. “Beres Ca…!” kata kak Firman. Setelah kak Vizca dan kak Firman pergi, aku langsung masuk kedalam rumah.

Di ruang tamu, aku melihat sebuah novel yang tak asing lagi bagiku. Tapi, aku lupa novel itu milik siapa. Saat aku buka, tertera sebuah nama. Yaitu Kartika Olivia Yolanda.

Aku langsung kaget. Itu merupakan novel yang selalu dibawa oleh Oliv kemana saja dia pergi. Novel itu merupakan pemberian dariku, Vita, Marsya, dan Tania. Oliv sudah membacanya berkali-kali.

Tapi, dia tidak bosan-bosannya membaca kembali. “Siapa ya yang membawa buku ini ke sini ? Mungkinkah Oliv kembali ke Jakarta ? Mungkinkah dia kangen dengan sahabat-sahabatnya yang lain ? Tapi kenapa dia kesini saat aku tak ada ? Aku sangat merindukanmu Liv !” Kataku dalam hati.

Saat itu aku baru teringat kalau kemarin saat aku di Surabaya, aku tidak mampir ke Pare-Kediri untuk melepas kangen ku dengan Oliv. Setelah melihat novel itu, aku langsung buru-buru ke rumah Oliv tanpa ganti baju dulu.

Aku langsung berlari ke rumah dia tak tidak jauh dari rumahku. Tapi, betapa kagetnya aku, rumahnya sudah bertuliskan <DIJUAL CEPAT TANPA PERANTARA>. Aku hanya bisa terpaku melihat tulisan di depan rumahnya Oliv. Tak kurasa air mataku mengalir deras dipipi.

Saat aku akan beranjak pergi dari depan rumahnya Oliv, tiba-tiba ada yang menepuk bahu ku. “Oliv…!” Kataku langsung berbalik badan. “Bukan mbak, ini Ricky !” Kata Ricky. “Oh, loe Rick !” Kata ku. “Iya…Ca, jalan-jalan ke taman yuk…!” Ajak Ricky.

“Nggak ah…nanti loe nembak gue lagi !” Kataku. “Nggak, nggak Ca ! curigaan banget sih loe sama gue ?” Kata Ricky. “Ya…nggak gitunya sih…!” Kataku. “Udah ayo cepet…!” Kata Ricky sambil memakai helmnya kembali.

Aku langsung naik ke motornya Ricky. Sesampainya di taman, aku dan Ricky mencari tempat yang enak untuk mengobrol. “Ca, loe kangen ya…sama Oliv ?” Tanya Ricky. Aku hanya mengangguk. “Rio, juga kangen sama dia !” Kata Ricky.

Aku hanya menumpahkan kekesalanku pada sebuah kertas yang ada di novelnya Oliv. Lalu aku beranjak pergi. “Ca, jangan marah gitu donk ! Oke…gue nggak akan bahas lagi soal Rio dan Oliv.” Kata Rickya lalu aku kembali duduk di sampingnya Ricky.

“Loe napa sih Ca, takut banget kalo gue ajak jalan ?” Kata Ricky. “Nanti bisa-bisa kejadian kita akhir SMP keulang lagi ! gue nggak mau itu keulang lagi !” Kataku.

“Tapi, dulukan loe belum siap ! Kalo sekarang loe udah siap jadi pacar gue, gue juga masih ada lowongan kok !” Kata Ricky lalu tertawa. “Ih…sorry ya…! Gue udah dijodohin sama anak temennya bokap gue !” Kataku.

“Jaman sekarang masih aja mau loe dijodohin ! Kayak jaman Siti Nurbaya aja !” Kata Ricky. “Orang guenya mau ! kenapa loe yang sensitive gitu ? Loe cemburu ya…?” Kataku menggoda Ricky.

“Ih…nggak…!” kata Ricky. “Udah ah jangan bahas masalah itu ! Eh, loe ngajak gue kesini buat apa ?” Kataku. “Gue sama Reza mau ngajak anggota eight forever buat ketemu kangen lagi ! gimana ? loe setuju nggak ?” Kata Ricky.

“Maksud loe eight forever ?” Tanyaku. “Ya…gue, loe, Reza, Rio, Tania, Vita, Marsya, dan Oliv !” Kata Ricky menjelaskan. “O…ya…gue lupa !” Kataku sambil senyum-senyum.

“Baru setengah tahun berpisah aja sudah lupa !” Kata Ricky mengejekku. “Trus kapan itu ?” Tanya ku. “Gimana kalau minggu depan ?” Kata Ricky. “Kita bicarain aja dulu sama mereka gimana tentang tempat dan waktunya ?” Kataku.

“Gue setuju banget tuh !” Kata Ricky. “Hmmm… Oliv gimana ?” Tanyaku. “Tania punya nomor hpnya Oliv kok ! nanti biar dihubungi sama Tania !” Kata Ricky.

“Rick, gue mua pulang duluan ya…! Mau jemput Zakka di sekolah !” Kataku sambil berdiri. “Gue anter ya…?” Kata Ricky. “Nggak usah makasih !” Kataku.

“Makasih ya Ca, udah nemenin gue di sini ?” Kata Ricky. “Sama-sama, ini jugakan kepentingan eight forever! Rick, gue pulang dulu ya… Bye !” Kataku. “Bye…!” Kata Ricky.

Sesampainya di rumah, ternyata Zakka sudah pulang sekolah. “Zak, loe tadi pulang sekolah naik apa ?” Tanyaku. “Dianter temenku kak !” Kata Zakka tidak memperhatikanku karena sedang asik bermain PS.

“O…!” Kataku singkat. “Ya…geme over…! Kak Vizca kemana kak ?” Katanya Zakka. “Kerumah pacarnya !” teriakku dari dalam kamar. “Kerumah pacaranya ?” Tanya Zakka lagi. “Ya…emangnya kenapa ?” Tanyaku.

“Aku belum tau kak Vizca pacaran !” Kata Zakka. “Kamu tuh masih anak kecil ! Makkannya kamu nggak di beri tau sama Kak Vizca !” Kataku sambil keluar kamar.

“Emangnya sama papa dan mama boleh pacaran ?” Tanya Zakka lagi. “Boleh! Tapi asal tau batasnya !” Kataku. “Kalau begitu, besok cari pacar ah di sekolah !” Kata Zakka.

“What ? Cari pacar ?” Kataku kaget. “Iya ! Emangnya nggak boleh ? tadi katanya boleh pacaran asal tau batasnya! Aku sudah tau kok batasnya! Trus, sekarang Zakka mau tanya! Kenapa kakak nggak punya-punya pacar dari dulu ? Apa kakak nggak lakulaku ?” Kata Zakka seperti mengejekku.

“Kakak tuh bukannya nggak laku-laku! Tapi, kakak mau focus dan nyelesaiin sekolah dulu!” Kataku.

Tapi Zakka tetap saja terus-menerus mengajekku. Sore harinya, kakak datang dengan diantar kak Firman. Tapi, kak Firman tidak mampir ke rumah dulu karena sedang terburu-buru.

“Ca, loe besok sore ada waktu nggak ?” Tanya kak Vizca sambil melepas sepatu di teras rumah. “Mmmm…ada kayaknya ! Kenapa kak ?” Tanyaku.

“Besok, adik dan orang tuanya kak Firman mau ke sini !” Kata kakak menuju ke dalam rumah. “Kesini ? ngapain ?” tanya ku. “Ya, orang tuanya mau kenal lebih dekat dengan kakak ! Loe sama Zakka besok di rumah aja ya…?” Kata kak Vizca.

“Ya sudahlah !” Kataku sambil menyalakan TV. “Pasrah banget sih loe ? Ca, adiknya kak Firman tuh ganteng banget lho!” Kata kak Vizca. “So ?” kataku. “Kayaknya, loe sama adiknya kak Firman cocok deh Ca !” Kata kak Vizca. “Whatever…!” Kataku tak peduli.

“Loe kok gitu sih Ca ?” Kata kak Vizca sedikit marah. “Helo! ini tahun berapa kak? jamannya udah modern! udah nggak ada jaman Siti Nurbaya lagi! Jadi, aku nggak mau kalo di jodoh-jodohin” kataku.

“Up to you whateverlah!” kata kakak sambil pergi. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali kak Vizca sudah bersih-bersih rumah.

Setelah itu dia mau mengantarkanku ke sekolah. Alasannya karena motorku mau dipakai ke supermarket. “Kalo di rumah ada kak Vizca ribetnya minta ampun, Kalo nggak ada kak Vizca aku yang repot…!” Fikirku sambil masuk ke halaman sekolah.

Sepulang sekolah, aku sudah di tunggu kak Vizca di depan gerbang sekolah. Sebenarnya, hari ini aku mau jalan sama teman-teman. Tapi kak Vizca sudah menjemputku.

Sesampainya di rumah, aku tidak langsung membantu kak Vizca memasak di dapur. Tetapi aku istirahat dulu di ruang tengah sambil menonton TV.

Saat aku lagi santai-santai menonton TV, tiba-tiba hp kak Vizca yang ada di meja berbunyi. Lalu ku lihat. ‘Bab, hr nie bkp g’ bs ikut ke rmh. Krn blm ada izin untk plng. Jd nnt cm nykp, q, n adik q !’ ternyata sms dari kak Firman.

Langsung saja hpnya aku berikan kak Vizca. Selesai sholat magrib, aku disuruh bersiap-siap oleh kak Vizca. Karena aku bukan cewek yang suka dandan, jadi dandanan ku ala kadarnya.

Saat kak Vizca melihat dandananku dia sedikit marah-marah. Beberapa saat kemudian, terdengar suara derungan mobil di depan rumah. Saat ku lihat, ternyata kak Firman bersama seorang ibu-ibu dan seorang cowok yang seumuranku.

“Assalamualaikum…!” kata ibu-ibu tadi. Lalu kak Vizca buru-buru menyalami ibu-ibu tadi. “Waalaikumsallam…! Mari tante masuk saja. Maaf lho tante, rumahnya kecil dan ya beginilah rumah saya di Jakarta.” Kata kak Vizca mempersilahkan masuk ibu-ibu tadi.

“Viz, Eca mana ?” tanya kak Firman. “Tadi ada, Ian…zian…!” Teriak kakak dari ruang tamu. Aku langsung menuju ruang tamu. “Tante, ini adik saya yang pertama namanya Zian! Zian, ini mamanya kak Firman, namanya Tante Lisa.” Kata kak Vizca.

Aku langsung menyalami ibu-ibu tadi. “Cantik ya adik kamu…! Seperti kakaknya…!” Kata tante Lisa. Aku hanya tersenyum. “Ah, tante bisa saja…!” kata kak Vizca.

“Adik kamu katanya dua, yang satu mana ?” Tanya Tante Lisa. “O…sebentar ya tante, Zakka…!” Kata kakak yang langsung memanggil Zakka. Zakka lalu menemui kak Vizca dan menyalami Tante Lisa.

“Zian, Zakka, ini ibunya kak Firman!” Kata Kak Vizca. “Betul itu !” Kata Kak Firman. “Dan ini siapa tante ?” Tanya kak Vizca yang pura-pura tidak kenal.

“Ini adiknya kak Firman, Namanya Rizal!” Kata ibunya kak Firman memperkenalkan. “Zian !” Kataku. “Rizal !” Kata dia. “Zakka !” Kata Zakka. “Rizal !” Kata dia.

“Tante silahkan duduk, sampai lupa saya, maaf ya tante !” Kata kak Vizca. “Ah, nggak apa-apa! anggap saja tante ini sebagai ibu kamu sendiri !” Kata ibunya kak Firman.

Sambil menemani kak Vizca, aku hanya diam duduk di sebelah kak Vizca. Sedangkan Zakka, sudah asik ngeplay game lagi di ruang tengah. Aku mencoba mengamati adiknya kak Firman.

Anaknya kok pendiam banget sih. Tapi, aku suka cowok kayak dia. Itung-itung buat gantiin Bayu yang sudah sama Vio. Lalu kak Firman berbisik kepada adiknya.

Mereka lalu berjalan ke ruang tengah rumahku. Saat bejalan ke ruang tengah, aku diajak oleh kak Firman. “Ca, belakang yuk…!” Kata kak Firman. “Ngapain ?” Tanyaku dengn suara lirih.

“Ngegame !” Kata kak Firman bercanda. “Hah ? ngegame ? nggak ah !” Kataku. Tapi, aku terus ditarik oleh kak Firman. Akhirnya aku ke ruang tengah juga.

“Dah, loe berdua duduk di sini, ngobrol, oke ?” Kata kak Firman. “Heh ? ngobrol ? males ah !” Kataku lalu menuju kamar. “Eca…! Ya…ngapain gitu…! Zal, loe ngegame tuh sama Zakka !” Kata kak Firman.

Dengan raut muka yang tertekuk, aku menuruti perintah kak Firman. Rizal diam saja di samping ku sambil melihat Zakka ngegame.

Aku hanya membaca majalah yang tadi siang aku beli. “Hmmm ! Suka baca ya …?” Tanya Rizal. “Ya…begitulah…!” Kataku singkat. “Kamu sekolah di mana ?” Tanya Rizal.

“Nggak usah pake bahasa kamu aku gitu ! pake bahasa loe gue aja ! Gue sekolah di SMAN 2 ! Loe sekolah di mana ?” Tanyaku. “O…! Gue di SMAN 8 ! Eh, gimana ? katanya di SMAN 2 ceweknya cantik-cantik, cowoknya ganteng-ganteng.

Loe udah punya cowok apa belum ?” Tanya dia. ‘kayak polisi aja ni anak, dari tadi kerjaannya tanya mulu’ Pikirku. “Belum…! Aku mau focus dulu ke sekolah ! Kalo loe dah punya cewek ?” Kataku sambil tersenyum dengan dipaksakan.

“Alhamdullillah udah…!” Kata dia. “Anak SMAN 8 juga ?” Tanyaku. “Nggak ! anak SMAN 2 !” Kata Rizal. Aku langsung kaget. “Pantesan loe tadi bilang kalo cewek di SMAN 2 cantik-cantik. Boleh tau nggak siapa namanya ?” Kataku bercanda.

Lalu dia hanya tersenyum. “Nanti loe juga tau sendiri !” Kata dia. Aku hanya tersenyum simpul. Lama kelamaan, ngobrol sama dia asik juga. Aku jadi bisa melupakan Bayu.

Selain ngobrol, kita juga tukar-tukaran nomor hp. Sejak pertemuan itu, aku jadi sering ketemuan, smsan, dan chatting sama dia. Aku sekarang semakin dekat dengan Rizal.

Tetapi, Rizal sudah milik orang lain. Aku hanya bersahabat dengan dia. Dia orangnya asik sekali diajak ngobrol, diajak curhat. Dia ngerti banget apa yang sedang aku butuhkan.

Rizal sering sekali curhat dengan ku masalah ceweknya. Aku pun juga sebaliknya. Karena sudah ditinggal kak Vizca dan kak Firman kembali ke Australia, kami jadi lebih leluasa mengobrol.

Dan juga lebih leluasa ketemuan. Jika Rizal tidak sms, hidupku rasanya sepi banget tanpa kasih sayang seorang cowok. Meskipun hanya sebagai sahabat.

Tak terasa, enam bulan berlalu begitu saja. Aku harus menghadapi ujian kenaikan kelas.

Satu minggu aku menghadapi ujian kenaikan kelas, akhirnya aku naik kelas. Tapi, ya… amapun… peringkatku kali ini jeblok banget.

Aku memilih jurusan IPA untuk aku kelas XI ini. Selain itu, aku juga menjadi anggota OSIS.

Setelah liburan kenaikan kelas selama dua minggu, aku harus kembali masuk sekolah. Hari pertama, kedua, dan ketiga, aku harus mengikuti kegiatan OSIS.

Yaitu MOS anak kelas sepuluh yang baru. Di saat mos itu, aku menjadi merasa lebih dewasa di bandingkan beberapa bulan yang lalu. Di saat mos juga, aku mengenal beberapa adik kelas ku yang baru.

Salah satunya Wira. Meskipun aku dan dia berbeda agama, tetapi dia tidak canggung untuk mengobrol denganku. Sejak kedekatanku dengan Wira itulah, aku jadi dianggap pacaran sama dia.

Karena sekarang lagi musimnya kakak kelas pacaran sama adik kelasnya. Juga tak kurasa, persahabatanku dengan Rizal sudah delapan bulan. Aku merasa dia adalah gantinya Ricky yang dulu menghianati persahabatan ku.

Rizal katanya rela memutuskan pacarnya demi aku. Tepat tanggal 17 Agustus, setelah aku upacara di sekolah, Rizal mengajakku ketemuan. Dan kejadian kelas sembilan bersama Ricky terulang kembali.

Rizal menyatakan cintanya kepadaku. Sebenernya, aku belum siap kalo suruh terima dia sebagai pacar. Tapi, aku juga sudah terlalu dekat dengan Rizal.

Akhirnya, aku terima dia sebagai pacar aku. Sejak aku pacaran dengan Rizal, aku tidak memanggil dia Rizal. Tetapi, memanggilnya dengan kakak. Tiga bulan hubungan ku dengan Rizal berjalan.

Keluarga kami juga sudah mengetahui semuanya dan mereka mengizinkan kami untuk menjalin hubungan tersebut. Tetapi, namanya orang pacaran, pasti ada gangguannya.

Jika hubungan pacaran itu dapat melewati semua gangguan tadi, pasti indah akhirnya. Tapi, tidak dengan hubunganku dengan Rizal. Kabar aku pacaran dengan Wira kembali menyeruak ke permukaan dan berita itu sampai ke Rizal tanpa sepengetahuanku.

Saat mendengar berita itu, dia langsung meminta konfirmasi kepada ku melalui telepon.

“Assalamualaikum …!” Kata Rizal. “Waalaikumsallam…! Ada apa kak ?” Tanyaku. “Aku mau tanya, tapi kamu jangan tersinggung ya…!” Kata Rizal.

“Tanya apa ?” Tanyaku lagi. “Apa benar ? kamu pacaran sama adik kelasmu ?” Tanya Rizal. Aku langsung kaget mendengar hal itu bisa sampai ke Rizal. “Ya…nggak lah Kak… buat apa aku pacaran sama adik kelasku kalo aku punya kakak yang selalu menyayangi aku !” Kataku.

“Beneran ?” Tanya Rizal lagi. “Beneran !” Kataku meyakinkan Rizal. “Hmm…kalo gitu besok sore kita ketemuan di taman di ujung komplek bisa nggak ?” Tanya Rizal.

“Bisa ! Seperti jam biasanya kan ?” Tanya ku. “Ya…! Ca, udah dulu ya…! assalamualaikum !” Kata Rizal. “Waalaikumsallam…!” Kata ku.

Keesokan harinya di sore hari, aku buru-buru ke taman di ujung kompleks rumahku. Ternyata, Rizal sudah di sana terlebih dahulu.

Awalnya kita ngobrol seperti biasa saat ketemuan. Tapi, setelah Rizal menunjukkan beberapa foto, kami menjadi bertengkar. Foto itu memperlihatkan kedekatanku dengan Wira.

Aku tidak tau siapa yang mengambil foto itu. Tapi, ku setelah ku lihat-lihat, foto itu kayaknya diambil saat kegiatan mos di sekolah. Aku terus mencoba menjelaskan tentang foto itu kepada Rizal.

Namun, dia tidak mau mengerti. Dia tetap menuduhku selingkuh di belakang dia. Tapi, aku juga tak mau kalah. Aku juga sempat melihat dia jalan dengan cewek lain di sebuah mall beberapa waktu yang lalu.

Meskipun tanpa bukti-bukti yang kuat, aku tetap ngotot menuduh dia selingkuh. Setelah bertengkar lama di taman, aku pikir-pikir, tidak ada gunanya lagi kita bersama. Hanya menambah beban pikir saja. Apa lagi aku sudah kecewa banget sama Rizal.

Rizal tak pernah memberikan ku kesempatan untuk dekat dengan cowok lain meskipun hanya sebatas teman. Akhirnya, jalinan tali kasih kami pun terputus juga hanya garagara foto yang tak jelas itu.

Satu bulan sudah kami berpisah. Tapi, kami tidak sampai lost contact. Dia masih sering sms dan menelepon ku. Dia juga sering mengajak ku jalan. Tapi aku selalu menolaknya.

Karena kita sudah tidak ada ikatan lagi. Dan aku pun tau kalau dia sudah punya penggantiku. Tapi selama satu bulan itu lah yang sangat berat bagi ku.

Aku tidak bisa melupakan Rizal sebagai kekasihku. Mungkin karena masih kontek-kontekan itulah yang membuatku berat untuk melupakan dia. Beruntung, aku mempunyai teman-teman sekelas yang selalu menghiburku.

Meskipun mereka tidak tau masalah yang aku hadapi, tapi mereka sudah membuat aku tersenyum kembali seperti dulu lagi. Yang paling berjasa membuat aku tersenyum kembali adalah Dika.

Di hari-hari ku yang sepi ini, dia selalu menghiburku. Dia selalu mengajakku bercanda. Selain Dika, teman ku sebangku Bella, juga sering menghiburku. Tapi, Bella melihat sesuatu yang lain yang ada didiriku saat aku dekat dengan Dika.

Kata dia, aku terlihat suka sama Dika. “Ca, gue lihat loe kok nyaman banget deket sama Dika ? Loe suka ya sama dia ?” Kata Bella. “Dika ? enggak kali Ka ! gue tuh cuma temenan sama dia ! Emangnya napa ?” Tanya ku.

“Ya…nggak apa-apa sih…! Ya gue ngerasa loe kok nyaman banget kelihatannya sama Dika !” Kata Bella lagi. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

Tapi, ternyata benar apa yang dikatakan Bella. Lama-lama aku jadi suka sama Dika. Dika perhatian banget sama aku.

Dia selalu ada untukku saat aku ada masalah. Dia juga sering memberiku nasehat. Pokoknya kayak pak ustadz tuh cowok. Setiap hari, dia sms aku. Isi smsnya tentang nasehat-nasehat dari dia.

Aku jadi nyaman banget dekat sama dia. Tapi, kata Maria aku aneh. Gimana nggak ?. Dulu aja aku bisa suka sama Bayu. Kok sekarang malah cowok kayak gitu yang aku suka.

Eh, tapi ada benernya juga lho !. Beberapa sahabatku juga liatnya aneh. Zura, sahabatku yang paling kecil sampai bilang gini : “Ca, loe kok bisa suka sih sama Dika ?”

Aku menjadi bingung menjawabnya. Aku sendiri tidak tau gimana awalnya aku jadi suka sama seorang Dika Raka Pamungkas. Mungkin ini yang disebut cinta itu tersirat. Tapi untuk ketiga kalinya cintaku terbentur teman sekelas sendiri.

Temanku itu namanya Civa. Dia sering cerita ke aku kalau Dika sering sms dia, sering tanya dia lagi ngapain. “Huh, pantes aja Dika udah nggak pernah sms aku !” kataku dalam hati.

Tapi, aku mencoba menahan semua amarahku. Aku tidak mau bertengkar di kelas sama teman sekelas hanya karena rebutan cowok. Cowoknya itupun belum tentu menjadi milikku atau milik dia.

Jadi serba salah kalau kayak gini. Mau marah tapi aku takut malu ?. Nggak marah, tapi Civa nggak pernah bisa jaga perasaanku?. Yah, mungkin inilah resiko suka sama teman sekelas.

Baru dua bulan aku menjalani hidup tanpa Rizal. Tapi, aku sudah kangen banget sama dia. Beberapa hari ini perasaan ku nggak enak tentang Rizal. Ada apa ya dengan dia ?.

Malam harinya, dia SMS aku. ‘Ca, bsk qt takbiran bareng yuk ! dimn aja up2U. Cl mo di rmh q ya slhkn. Mau ya Ca ! please ! Q lg pengen bngt bersm u ! ;-)’ Isi SMS dari Rizal.

‘Ya…Insyaallah kak cl q g’ da acr di school bsk. J’ balasku. Keesokan harinya, aku merasa aneh. SMS dari Rizal tadi malam yang membuatku aneh. Kenapa ya dia ingin sekali bersama ku ? pada hal dia sudah punya pacar baru.

Selain itu ada lagi yang membuatku sangat aneh yaitu, aku ingin sekali bertemu Rizal. Pada hal, saat aku pacaran sama Rizal tidak sampai seperti ini.

Aku mencoba menenangkan pikiranku. Sampai di sekolah, aku terlambat. Baru kali ini aku terlambat sampai lima menit lebih. Di sekolahpun aku terus mencoba menenangkan pikiranku.

Sampai berakhirnya jam kedua pelajaran bahasa Indonesia, aku tetap tak bisa menenangkan pikiran ku. Aku masih kepikiran Rizal. Ada apa ya dengan dia ?.

Hari ini pelajaran jam ke tiga di sekolah adalah olah raga. Aku sebenarnya males banget. Tapi, Bella terus saja mengajakku. “Ca, Loe nggak olah raga ?” Tanya Bella. “Males banget gue olah raga ?” Kataku.

“Loe kenapa sih Ca ? Loe sakit ?” Tanya Bella lagi. “Nggak !” Kataku. “Ya udah ayo olah raga ! Nanti dimarahin pak Hendra lho !” Kata Bella mengajakku olah raga.

Dengan terpaksa, aku mengikuti pelajaran olahraga. Ternyata, saat olah raga pikiranku bisa sedikit tenang. Karena aku bisa bercanda dengan teman-teman sekelas diluar kelas.

Setelah Olah raga, aku langsung berganti baju. Setelah itu pergi ke kantin untuk membeli minuman. Setelah dari kantin, aku duduk-duduk di taman sekolah sambil memainkan laptopku di temani Bella.

Karena saat itu masih jam istirahat. Tapi, saat ku buka sebuah e-mail dari kak Vizca, betapa kagetnya aku. ‘Ca, rizal sama kak firman baru saja kecelakaan. Kakak mau pulang ke Ind nnti siang. :-)’ isi e-mail dari kak Vizca.

Air mata langsung membasahi pipiku. “Ca, Loe kenapa ?” Tanya Bella yang kaget karena aku menangis. Aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Meskipun aku sudah bukan siapa-siapanya dia lagi, tapi aku masih merasa ada ikatan antara aku dan Rizal.

“Bel, Rizal Bel !” Kataku sambil menangis. “Iya Rizal kenapa ?” Tanya Bella yang sangat panic. “Rizal kecelakaan !” Kataku. “Ya ampun ! Trus keadaan dia sekarang gimana ?” Kata Bella. “Gue nggak tau ! Bel, kira-kira boleh nggak ya gue pulang ? gue pengen tau keadaanya Rizal !” Kataku bertanya kepada Bella.

Karena besok adalah hari raya Idul Adha, sejak setelah istirahat tadi, sudah tidak ada jam pelajaran lagi. Tapi, belum boleh pulang. Dua jam pelajan berlalu, aku masih khawatir dengan keadaan Rizal.

Akhirnya, bel pulangpun berbunyi. Aku langsung memacu motorku ke rumah sakit tempat Rizal dan Kak Firman dirawat. Sesampainya di sana, aku langsung mencari kamar tempat kak Firman di rawat karena aku tidak tau Rizal ada di karma yang mana.

“Assalamualaikum…!” Kataku langsung masuk ke kamar tempat kak Rizal dirawat tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. “Waalaikumsallam…!” Jawab kak Firman dan kak Vizca bersamaan.

“Ca, loe nggak pulang dulu tadi ?” Tanya kak Vizca. “Nggak, aku khawatir dengan keadaan kak Firman sama Rizal ! Kak Firman nggak apa-apa kan ?” Tanyaku.

“Kalo aku nggak apa-apa Eca ! Cuma kaki dan tangan kananku yang patah dan kepala depan yang robek ! yang lain masih baik-baik aja !” Kata kak Firman sambil tersenyum. Aku terperanjat melihat luka-luka yang di derita kak Firman.

“Terus, Rizal gimana keadaanya kak ?” Tanyaku. “Loe yang sabar ya Ca ! Rizal sampai sekarang masih belum sadar. Tadi pas kecelakaan benturan di kepalanya sangat keras. Semoga saja dia nggak sampai gagar otak !” Kata Kak Firman.

“Terus, Rizal sekarang di mana kak ?” Tanyaku lagi. “Di ruang ICU lagi di tunggui sama mama !” Kata kak Firman. Aku langsung buru-buru pergi ke ruang ICU.

Ternyata sesampainya di sana, Tante Lisa berada di ruang tunggu yang berada di depan ruang ICU. “Assalamualaikum tante…!” Kataku sambil mendekati Tante Lisa. “Eh, nak Zian ! waalaikumsallam” Jawab Tante Lisa dengan singkat.

“Tante yang sabar ya…! Mungkin ini cobaan dari Allah ! Pasti, dibalik semua ini akan ada kebaikan yang datang menghampiri keluarga tante !” Kataku mencoba menghibur mamanya Zian yang terlihat sangat terpukul dengan keadaan Rizal.

“Iya ! Kamu juga yang sabar ya sayang !” kata Tante Lisa mencoba untuk tegar. “Tante ! kenapa tante tidak menunggui Rizal di dalam ?” Tanyaku. “Rizal sedang di periksa, dan didalam sudah ada papanya yang menunggui !” Kata Tante Lisa.

Beberapa saat kemudian, dokter yang memeriksa Rizal bersama om Taufiq (Papanya Rizal) keluar dari ruang ICU. “Maaf bapak ibu, anak bapak dan ibu harapan hidupnya tinggal lima puluh persen. Kalau sampai besok tak kunjung sadar juga, harapan hidup dia tinggal menunggu waktu.” Kata dokter.

Aku melihat Tante Lisa langsung menangis mendengar apa yang di katakana dokter tadi. “Terimakasih ya dok !” Kata om Taufiq. “Ya sama-sama Pak ! kami dari tim dokter juga akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan adik Rizal.” Kata dokter.

“Sekali lagi saya ucapkan terima kasih.” Kata om Taufiq. “Sama-sama. Maaf Saya mau menangani pasien lain !” kata dokter. “Silahakan dok !” Kata om Taufiq.

Setelah dokter itu pergi, Aku langsung bersalaman dengan papanya Rizal. Setelah itu, aku dan om Taufiq mencoba menenangkan Tante Lisa. “Maaf om ! saya boleh bertanya ?” Kataku. “Tanya apa ?” Jawab om Taufiq dengan ramah meskipun raut wajahnya terlihat sangat sedih.

“Tadi bagaimana om kok Rizal sampai bisa kayak gitu ?” Tanayaku. “Kalau kata para saksi mata di sana katanya tadi ada mobil yang ada di depannya Firman melaju sangat cepat. Otomatis, Firman kan mengikuti juga dibelakangnya bersama motor yang lain dengan kecepatan tinggi.

Firman kan naik motornya juga bersebelahan dengan motor lain. Tiba-tiba mobil yang ada di depannya itu berhenti mendadak. Jadi pengendara yang di belakangnya kan nggak siap. Ya jadilah tabrakan beruntun.

Katanya Rizal sampai terpelanting dan helmnya terlepas. Itu yang membuat Rizal sampai koma. Bahkan pengendara motor yang saat mengendarai motor ada di sampingnya Firman sampai meninggal.

Allhamdullillah Firman sama Rizal bisa selamat dari maut. Tapi, tinggal menunggu Rizal sadar saja. Om minta do’anya ya Ian !” Cerita om Taufiq. “Pasti om. Saya akan berdo’a untuk kesembuhan Rizal !” Kataku.

“Terimakasih ya Zian !” Kata om Taufiq. “Ya sama-sama om. Om, tante, saya pamit pulang dulu ya, Zakka di rumah sendirian. Om, dan tante harus tetap sabar ya !. Tante, tolong sampaikan salam saya kepada Rizal kalau nanti dia sadar !”. Kataku berpamitan.

“Ya sayang, pasti tante sampaikan nanti.” Kata Tante Lisa sambil membelaiku. “Ian, kamu nggak menunggu kakakmu dulu ?” Kata papanya Rizal.

“Kak Vizca biar di sini saja Om. Biar nungguin kak Firman ! Saya pamit dulu ya Om, tante ! assallamualaikum !” Kataku. “Waalaikumsallam !” Jawab papa dan Tante Lisa. Setelah itu, aku langsung pulang.

Setibanya di rumah, aku dapati Zakka tertidur di ruang tengah masih memakai seragam sekolah dengan keadaan tv yang menyala. Lalu aku bangunkan dia. “Zak, Zakka ! Hei, bangun adek !” Kataku membangunkan Zakka.

Setelah beberapa menit kemudian, Zakka bangun. “Zak, udah shalat dhuhur belum ?” Kataku. “Belum kak !” Jawabnya masih dalam keaadan mengantuk. “Lihat tuh jam berapa ?” Kataku sambil merapikan komik-komiknya Zakka yang berserakan di ruang tengah.

“Asstagfirullahhalazim…!” Kata Zakka kaget. Dia langsung buru-buru ke kamar mandi untuk mengambil air wudlu dan langsung sholat. Setelah itu, dia langsung menemui di ruang tengah.

“Kak, aku lapar banget nih ! Eh, iya tadi kak Vizca pulang lho !” Kata Zakka. “Kamu beli makanan di luar aja ya ? kakak lagi males banget nih !” Kataku sambil memberikan uang kepada Zakka.

“Makasih ya kak !” kata Zakka sambil berlari keluar rumah lalu pergi dengan mengendarai motor dan aku tidak tau dia kemana. Lalu, aku menutup pintu pagar dan pintu rumah.

Setelah itu aku tidur siang. Karena nanti malam ada acara takbiran bersama di sekolah. Jadi aku harus menyiapakan stamina untuk nanti malam. Aku baru tidur setengah jam, tapi sudah dibangunkan oleh Zakka untuk shalat ashar.

Ya terang aja aku di bangunin sama Zakka. Aku mulai tidur jam empat sore. Sebenarnya aku masih ngantuk sekali dan masih lelah sekali. Setelah shalat ashar, aku mempersiapkan baju yang akan aku pakai untuk nanti malam takbiran dan untuk besok saat shalat ied adha. Selain menyiapkan bajuku sendiri, aku juga menyiapkan baju untuk Zakka dan kak Vizca untuk besok shalat ied adha.

Sehabis shalat magrib, aku mengantarkan Zakka ke les di dekat rumah sakit tempat Rizal dan kak Firman dirawat. Setelah mengantar Zakka, aku sempatkan untuk membeli sebuah boneka di dekat rumah sakit.

Aku membeli sebuah boneka singa yang cukup besar. Aku akan memberikan boneka ini untuk Rizal. Karena aku ingat dia lagi kangen banget sama kampung halamannya di Malang.

Lalu aku menjenguk Rizal dulu sebentar sebelum aku ke sekolah untuk takbiran. Sesampainya di sana, aku tidak langsung ke ruang ICU di mana Rizal di rawat. Tetapi, aku menemui kak Vizca dulu yang sedang menunggui kak Firman.

“Assalamualaikuum…!” Kataku sambil memasuki ruangan tempat kak Firman di rawat. “Waalaikumsalam…!” Jawab kak Firman. “Kak Vizca mana kak ?” Kataku. “Lagi sholat magrib di mushala !” Kata kak Firman. “O…!” kataku singkat.

“Loe dari mana ? mau kemana Ca ?” Tanya kak Firman. “Dari nganter Zakka les, trus mau ke sekolah, mau takbiran. Tapi, aku masih khawatir sama Rizal kak ! makanya aku sini dulu ! Rizal giman kak ? udah sadar belum ?” tanyaku.

“Ya…keadaan dia sekarang seperti yang loe lihat tadi siang !” Kata kak Firman terlihat sedih. Sepertinya, kak Firman merasa bersalah banget atas kecelakaan ini.

Dia terlihat terpukul sekali dengan keadaan Rizal yang masih koma dan harapan hidupnya tinggal sedikit. Dia sepertinya merasa bersalah atas komanya Rizal. “Eh, elo Ca !” Kata kak Vizca yang tiba-tiba datang.

“Iya kak !Kak Vizca udah makan belum ?” tanyaku. “Udah tadi makan roti sama kak Firman ! nih sampai habis satu bungkus !” Kata kak Vizca sambil memperlihatkan bungkus bekas roti.

“O…ya udah ! kalo gitu aku mau nengok Rizal dulu ya kak ?” Kataku sambil bangkit dari tempat duduk. “Ya udah ! Ca, kakak nanti mungkin nggak pulang kerumah !” Kata kak Vizca.

Aku hanya membalas dengan anggukkan. “Ya udah kak ! aku pergi dulu ya kak ! assalamualaukum !” kataku sambil keluar dari kamar temapat kak Firman dirawat. “Waalaikumsallam…!” Jawab kak Vizca dan Kak Firman bersamaan.

Aku langsung menuju ruang ICU tempat Rizal dirawat. Tapi, sebelum sampai diruang ICU, aku bertemu dengan Tante Lisa yang baru saja sampai di rumah sakit.

“Assalamualaikum tante…!” Kataku sambil bersalaman. “Waalaikumsallam…! Eh, kamu Zian ! Dari mana sayang !” Kata Tante Lisa dengan ramah. Meskipun raut wajahnya terlihat sangat sedih.

“Habis ngantar Zakka les tante !” Kataku. “O…! Kamu mau jenguk Rizal ?” Tanya Tante Lisa. “Iya tante !” Kataku dengan penuh semangat. “Ya udah ayo !” Kata Tante Lisa.

Di sepanjang perjalanan kami menyusuri lorong rumah sakit, Tante Lisa mengungkapkan semua kesedihannya. “Sebenernya, tante terpukul banget sama keadaan Firman dan Rizal yang seperti ini. Apa lagi Rizal, tante sayang banget sama dia.

Tante nggak bisa ngebayangin kalo besok pagi dia nggak sadar juga.” Kata Tante Lisa dengan raut muka yang begitu sedih. “Tante nggak boleh pesimis. Tante harus optimis kalo Rizal sama kak Firman bisa sembuh !” Kataku menyemangati Tante Lisa.

Awalnya Tante Lisa hanya membalasnya dengan senyuman. “Jam satu siang tadi seharusnya kami sudah take of dari bandara untuk terbang ke Malang. Besok kami mau merayakan idul Adha bersama keluarga di Malang.

Tapi, musibah ini datang. Semuanya jadi berantakan.” Kata Tante Lisa. “Tante……kita semua kan nggak tau kapan musibah itu akan datang !” Kataku. “Iya…bener juga apa kata kamu.

Tapi, kamu tau tidak, Rizal sebenarnya ingin memberi kejutan buat kamu hari ini !” Kata Tante Lisa. “Oh…ya…? Kejutan apa tante ?” Tanyaku. “Dia pengen ngajak kamu ke Malang hari ini. Katanya dia mau idul Adhaan sama kamu.” Kata Tante Lisa.

“O…! Tadi malam Rizal sms saya tante. Katanya dia pengen banget bersama saya ! Sayakan jadi bingung, kenapa sikap Rizal kok jadi seperti ini ? Eh, ternyata akan ada kejadian ini.” Kataku.

Tidak terasa, kami sampai di depan pintu ruang ICU. Lalu kami menuju ruangan tempat Rizal dirawat yang masih masuk ruang ICU.

“Sayang, masuk yuk !” Ajak Tante Lisa. “Ah, saya di sini saja tante ! saya cuma mau titip ini untuk Rizal! Saya sudah cukup melihat dia dari depan pintu ini.” Kataku.

Kebetulan pintu itu ada kacanya yang tembus pandang. “Ayo donk Zian ! siapa tau kalau kamu mau masuk Rizal langsung sadar !” Kata Tante Lisa memohon.

Kali ini aku tidak bias menolaknya. Setelah aku memakai baju khusus ruang ICU, aku dan Tante Lisa masuk ke ruangan tempat Rizal dirawat.

“Asslamualaikum…!” Kataku sambil memasuki ruangan itu. “Waalaikumsallam…!” Jawab papanya Rizal. Aku langsung bersalaman dengan beliau. “Zian, om mohon banget sama kamu ya ! kamu harapan terakhir om dan tante. Kamu ajak bicara ya Rizal !.

Tadi kata dokternya kalau ingin Rizal cepat sadar harus selalu diajak bicara. Meskipun dia nggak bisa respon dengan apa yang kita bicarakan. Please ya Zian ?” Mohon papanya Rizal.

Aku sempat aneh untuk melakukan itu. Tapi, demi kesembuhan Rizal, aku mau melakukannya. “Baik, Om !” Kataku. “Om, sama tante keluar dulu ya ! kamu ajak ngobrol Rizal sepuasnya !” Kata Tante Lisa.

Lalu mama dan papanya Rizal keluar dari ruangan tempat Rizal dirawat. Saat melihat Rizal dengan keadaan seperti itu, hatiku rasanya sedih sekali. Tak terasa air mata mengucur deras di pipiku. Lalu aku berjalan pelan-pelan menuju tempat tidur Rizal.

Di samping tempat tidur itu, sudah tersedia dua buah kursi. Di salah satu kursi itu aku duduk dan terdiam sejenak. “Eca, kamu nggak boleh sedih. Kamu harus kuat demi kesembuhan Rizal !” Kata hatiku.

Aku terus mencoba untuk tegar. Lalu, ku lantunkan beberapa ayat suci Al-Qur’an. Aku sengaja melantunkan ayat suci Al-Qur’an itu di dekat telinga Rizal.

Tujuannya agar di fikirannya tetap ada fikiran beribadah kepada Allah SWT meskipun dia lagi koma. Aku hitung-hitung ada 12 ayat suci Al-Qur’an yang sudah ku lantunkan.

Meskipun hanya surat-surat pendek, aku berharap itu bisa menyadarkan dia. Selain ayat suci Al-Qur’an, aku juga membisikkan takbir kepada dia. Lalu aku saat aku mau mencoba menajak bicara Rizal, tiba-tiba papa dan mamanya masuk kedalam ruangan atau kamar.

Tapi, papa dan Tante Lisa tau kalau aku belum berbicara apa-apa kepada Rizal. Merekapun menghampiriku. Tante Lisa duduk di sebelahku, sedangkan papanya Rizal berdiri dibelakangku dan beleakangnya Tante Lisa sambil terus mencoba menyamangati Tante Lisa.

Terlihat raut muka penuh harapan kepadaku terlihat dari Tante Lisa. Sambil memegang erat tangan kanannya Rizal, aku berkata. “Kak Rizal…kamu harus sadar ya sayang…kamu nggak boleh terus-terusan begini.

Kamu nggak kasian sama aku ? Aku kesepian banget tanpa kamu. Sayang…katanya kamu mau melewati malam takbiran ini bersama aku. Dan kata mama kamu, kamu ingin beridul adha di Malang sama keluarga kamu dan sama aku.

Rizal sayang, aku sudah ada di sini. Mama dan papa kamu juga ada di sini. Dan kita akan selalu ada di sini untuk kamu. Kamu harus sadar ya sayang ya… . kita semua sayang kamu, kita semua nggak akan pergi dari kamu.

Cepat sadar ya sayang…” Kataku lemah lembut. Tiba-tiba aku rasakan tangannya Rizal bergerak dan memegangku sangat erat. Aku tidak tau apa itu cuma perasaanku atau benar-benar itu terjadi.

“Zian, kamu bisa membuat Rizal sadar !” Kata papanya Rizal dengan spontan. “Tapi, om……Rizal belum sadar sepenuhnya !” kataku. “Nggak apa-apa Zian, yang penting harapan hidup Rizal sudah semakin meningkat !” kata papanya Rizal penuh semangat karena melihat tangannya Rizal tadi bergerak.

Ternyata, tangannya Rizal tadi benar-benar bergerak. “Terima kasih ya Allah…Engkau masih memberikan harapan hidup kepada Rizal…!” kataku dalam hati.

“Om, tante, saya mau pamit dulu ya…! Saya mau ke sekolah, ada acara takbiran di sekolah.” Kataku. Tapi, aku merasakan hal aneh di tanganku yang dipegang Rizal.

Rasanya Rizal tidak mau melepaskan pegangannya. Tapi, aku terus mencoba melepaskan pegangan itu. Akhirnya, aku bisa melepaskannya. Sebenarnya aku berat melepaskannya.

“Maafkan aku Rizal. Aku hanya pergi untuk sementara. Aku pasti akan kembali.” Kataku dalam hati. “Kamu nggak nunggu Rizal sadar dulu ?” Tanya papanya Rizal. “Maaf om, bukannya saya nggak mau. Tapi, saya sebagai anggota Osis harus profesional.

Saya harus datang ke acara takbiran ini. Kalau tidak saya bisa di pecat nanti.” Kataku. “O…ya sudah. Om mengerti kok kesibukan kamu hari ini.” Kata papanya Rizal.

“Om, saya mau titip ini buat Rizal. Dan salam ya Om kalau nanti Rizal sadar.” Kataku sambil menyerahkan boneka singa yang baru aku beli tadi.

“Ya…sayang…pasti nanti om sampaikan. Sebentar Zian, coba kamu lihat dulu apa di sini masih ada nomor kamu atau tidak ?” Kata papanya Rizal sambil memberikan Hpnya Rizal kepadaku.

Aku sangat kaget sekali melihat wallpaper yang terpampang di hpnya Rizal. Fotoku bersama Rizal saat di taman kota yang memperlihatkan kemesraanku bersama dia yang menjadi wallpaper di hp itu.

“Mungkinkah kamu masih sayang sama aku?” tanyaku dalam hati. Lalu buru-buru aku cari nomorku apakah masih ada di hp itu atau tidak. “Ini om nomor saya masih ada di sini ternyata.

Namanya Ayank Ian. Om, saya pamit dulu ya ! mari tante ! wassalmuallaikum…!” Kataku sambil menyerahkan hp itu kembali ke papanya Rizal dan pergi meninggalkan mereka.

“Waalaikumsallam…!” Jawab papa dan Tante Lisa. Aku langsung berlari menuju parkiran. Sesampainya di sana, hpku tiba-tiba berbunyi. Aku lihat SMS dari Dika. ‘Eca, U kmn aja ? jm sgn kok blm dtng ! U dcr 2 ma Pk. Santoso.’ Isi SMS itu. ‘Dik, tlng izinkan Q ke Pk. Santoso Q dtgx agak tlt. Coz Q msh da di RS.’Balasku.

Setelah membalas SMS itu, aku langsung pergi ke sekolah. Sesampainya di depan gerbang sekolah, aku sudah di tunggu Pak. Santoso. Setelah memarkir motor, aku langsung mengisi daftar hadir yang ada depan pos penjaga sekolah.

Aku lihat disana sudah tidak ada Pak Santoso. Setelah aku mengisi daftar hadirku, aku ingin menemui Dika. Saat aku berbalik badan, tiba-tiba Pak Santoso sudah ada di belakangku dengan wajah kilernya.

Kagetku bukan main. Selain itu aku juga punya penyakit latah. “Astagfirullahhaladzim…” kataku dengan nada yang super cepat karena latah dan saat aku melihat Pak Santoso di belakangku.

Saking kagetnya diriku, sampai-sampai aku tidak bisa berkata-kata lagi dan akhirnya pingsan. Saat aku tersadar, aku sudah berada di UKS. Dan di sampingku sudah ada Bella, Maria, Zura, Exa, Dika, dan Zovi.

“Ca, Loe tadi kenapa sih kok bisa sampai pingsan begini ?” Tanya Bella. “Gara-gara guru yang super-super kiler tuh !” Kataku dengan nada yang masih gusar.

“Siapa ? Pak Santoso ?” Tanya Zura. “Ya siapa lagi kalo bukan Pak Santoso !” kataku. “Si guru Genderuwo itu ?” Tanya Exa. “Iya Exa !” kataku. “Lha terus loe diapain kok bisa sampai pingsan gitu !” Tanya Dika.

“Siapa yang nggak kaget kalo tiba-tiba di belakangnya ada genderuwo seserem itu !” Kataku. “Emang tuh guru, nggak bisa buat tampang yang lebih baik lagi apa ?” Kata Zovi. “Maksud loe Zov ?” Tanya Maria. “Ya…minimal tampangnya ganti tampang kolor ijo gitu ! itukan lebih baik !” Kata Zovi.

“Malah tampang kolor ijo !” Kata Bella. “Ihhh… kan serem Zov ?” Kata Zura. “Sereman mana sama Pak Santoso kalo nggak ganti tampang ?” Kata Zovi.

“Bener juga kata loe ! tapi kalo sama-sama serem kan sama aja nggak ganti tampang !” Kata Zura. “Tuh guru emang bikin bulu kuduk gue berdiri !” Kata Dika. “Nggak hanya elo Dik, tapi gue juga !” Kata Zovi yang nggak mau ketinggalan.

“Pak Santoso tuh harus dan wajib operasi plastic. Biar nggak ada lagi murid yang pingsan kalo ngelihat mukanya Pak Santoso !” Kata Exa.

“Gue setuju banget tuh ! masak, setiap ada Pak Santoso selalu aja ada masalah sama murid-murid !” Kata Maria. “Ibaratnya di mana ada Pak Satoso, di situ ada masalah yang datang !” Kata Dika.

“Eh, dengerin ya, sampai habis satu gudang emberpun, mukanya Pak Santoso ya tetep serem !” Kataku. “ya sekali gederuwo tetap genderuwo !” Kata Zovi.

“Siapa yang kayak genderuwo ?” Tanya Pak Santoso yang tiba-tiba muncul. Kami saling menunjuk. “Sekarang, kalian bapak hukum. Kalian harus membantu penjaga sekolah untuk menggelar karpet di halaman sekolah untuk sholat ied adha besok ! SEKARANG !” Kata Pak Santoso.

Maria, Dika, Zovi, dan Exa langsung lari menuju halaman sekolah. Sedangkan aku dan Zura, asih tetap di UKS. “Kalian ngapain di sini ? cepat, bantu teman kalian !” Kata Pak Santoso. “Ya pak ! masak kita juga ! kita kan nggak ikut-ikutan” Eluh Zura.

“Iya pak ! saya jugakan lagi sakit !” Kata ku. “Bapak nggak mau tau pokoknya kalian semua harus kena hukuman ! SEKARANG” Kata Pak Santoso.

Lalu, kami dengan gusar mengerjakan apa yang di perintahkan oleh pak Santoso. “Eh, Ke Mushola yuk ? nanti dimarahin sama Kak ihsan lho kalo kita nggak kesana !” Kata Zura mengajak kami ke Mushola.

“Ya udah ayo !” Kataku dan teman-teman langsung menuju mushola untuk takbiran. Aku lihat jam yang tergelang di tanganku. Huh…masih pukul 21.00.

Sebenernya aku capek banget hari ini. Aku harus bolak-balik sekolah, rumah sakit, rumah. “Eh, ngantuk aja !” Kata Dika yang tiba-tiba mendekatiku. “He ? Iya nih capek banget gue ! jadinya ngantuk gini !” Kataku yang awalnya tidak menyahut omongan dari Dika.

“By the way… loe tadi kerumah sakit ngapain ?” Tanya Dika. Mataku yang awalnya sangat sipit karena mengantuk, menjadi terbuka selebar-lebarnya mendengar perkataan Dika tadi.

“Jenguk temen gue yang lagi sakit !” Jawabku. “Temen apa temen ?” goda Dika. “Beneran Dik ! temen gue !” Kataku. “Bukan temen tapi pacar kan ?” Tanya Dika.

“Ya udah gue ngaku. Mantan gue yang lagi sakit di rumah sakit !” Kataku dengan nada tinggi. “Mantan apa mantan ?” Tanya Dika yang terus menggodaku. “Ah tau ah …!” Kataku dengan nada kerena Dika terus terusan menggodaku.

“Ih…gitu aja marah !” Kata Dika. “Dika, dika…aneh banget sih loe jadi orang ?” kataku. “Aneh gimana ? apa gue ganteng atau apa ?” Tanya Dika. “Ih ! Narsis banget sih loe ?” Kataku.

“Biarin emangnya nggak boleh ?” Tanya Dika. Aku hanya membalasnya dengan senyuman. “Kan nggak ada undang-undang yang melarang seseorang untuk narsis !” kata Dika

“Ya ! Up to you what ever !” Kataku. “Eh, tadi beneran yang sakit mantan loe ?” Tanya Dika. “Ya ampun…ngapain sih gue bohong sama loe ?” Tanya ku. “Emangnya sakit apa dia ?” Tanya Dika lagi.

“Tadi pagi kecelakaan ! Ah udah ah…kayak polisi aja loe ! Tanya mulu dari tadi !” Kataku sambil berdiri. “Eh, mau kemana loe ?” Tanya Dika. “Mau ambil air wudlu trus mau shalat isya’ dulu. ” Kataku.

Selesai shalat isya’ aku baru teringat dengan Zakka yang masih les. Aku buru-buru pamit ke teman-teman yang masih di sekolah. Aku segera mengambil motor ku di parkiran, lalu memacunya menuju les-lesannya Zakka.

Sesampainya di sana, ternyata kelasnya Zakka sudah selesai sejak pukul 20.30 tadi. Aku bingung mau mencari Zakka kemana. Dia tidak mungkin pulang sendiri.

Akhirnya, aku mencarinya ke rumah sakit. Ternyata benar, Zakka ada di sana. “Kak kemana aja sih ?” Tanya Zakka. “Ya dari sekolah lah !” Kataku. “Emangnya udah selesai takbirannya Ca ?” Tanya Kak Vizca.

“Belum sih ! karena aku ingat Zakka belum dijemput, jadinya aku pulang duluan deh ! Tapi, sebenernya aku sudah ngantuk banget plus capeknya minta ampun !” Kataku.

“Hu…dasar anggota Osis yang nggak konsekuen !” Ejek kak Firman. Aku tak menghiraukan ejekan Kak Firman.

“Zak, pulang yuk ! kakak capek banget nih !” Kataku. “Ayo !” Kataku Zakka. “Zak, loe ya yang nanti bonceng kak Eca !” Kata kak Vizca. “Emangnya napa kak? aku masih bisa kok nyetir sendiri !” Kataku. “Biar Zakka aja. Loe nggak mungkin nyetir dalam keadaan ngantuk gini.” Kata kak Vizca.

“Ya udah kak ! aku sama kak Eca pulang dulu ya ?” pamit Zakka. “Hati-hati ya !” kata kak Firman. “assallamualaikum !” Kata Zakka. “Waalaikumsallam !” Jawab kak Vizca dan kak Firman.

Zakka mengeendarai motornya dengan kecepatan tinggi sekali. Aku yang awalnya mengantuk menjadi tidak ngantuk lagi karena nggak mungkin aku bisa nyaman kalau kecepatanya secepat ini.

Sesampainya di rumah, setelah mengunci semua pintu, aku langsung tidur. Sedangkan Zakka masih asik dengan PSnya.

Saat aku tertidur itu, aku memimpikan Rizal. Dia berkata kepadaku. “Zian sayang, tidur yang lelap ya…! Kamu nggak usah terlalu mikirin aku. Aku disini baik-baik aja kok !” kata dia yang lantas tersenyum.

“Asstagfirullahhallazim…!” Kataku yang lalu terbangun. Seketika itu, aku langsung terbangun. Ku lihat jam dinding di kamarku masih menunjukkan pukul 02.00. Aku langsung berpikir, ada apa ya sama Rizal?.

Aku jadi cemas. Sejak aku bangun jam 02.00 tadi aku jadi tidak bisa tidur sampai matahari terbit. Lalu aku membangunkan Zakka untuk menemaniku. Setelah mandi, ganti baju, lalu sarapan aku lalu mengantarkan Zakka ke sekolahnya untuk shalat idul adha.

Setelah mengantarkan Zakka, sebenarnya aku ingin ke rumah sakit menjenguk Rizal sebentar. Tapi jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 05.45. Aku harus segera kesekolah karena shalat idul adha di sekolah di mulai pukul 06.00.

Aku mencoba memacu motorku secepat mungkin. “Semoga hari ini tidak macet !” kataku dalam hati. Sesampai di sekolah, aku langsung mencari tempat. Allhamdullillah masih ada yang kosong.

Selesai shalat ied adha, aku tidak langsung pulang. Aku harus ikut membersihkan hewan kurban yang habis dipotong bersama teman-teman anggota Osis lainnya.

Saat aku sedang asik membersihkan daging kurban bersama teman-teman Osis yang lain, tiba-tiba hp yang berada di sakuku berbunyi. Saat aku lihat, ternyata Tante Lisa yang telepon.

Aku langsung menjauh dari teman-teman yang lainnya. Lalu baru aku mengangkat telepon dari Tante Lisa. “Halo, assalamuallaikum !” Kataku. “Waalaikumsallam !” Jawab Tante Lisa. “Ada apa tante ?” Tanyaku.

“Zian, Rizal baru saja sadar !” Kata Tante Lisa yang suaranya sepertinya sangat gembira. “Oh ya tante ? Alhamdullillah kalau begitu !” Kataku. “Terimakasih ya sayang!” Kataku.

“Terimakasih untuk apa ya tante ?” Tanya ku. “Ya, tadi malamkan kamu yang memberi semangat Rizal untuk sadar !” Kata Tante Lisa. “Tante, tante. jangan berterima kasih pada saya.

Tante harus berterima kasih yang pertama kepada Allah SWT. Karena Rizal masih diberi waktu untuk hidup kembali. Yang kedua, tante berterima kasih kepada tim dokter yang telah berusaha menyelamatkan Rizal.

Kalau tante ingin berterima kasih kepada saya, itu seharusnya terimakasih nomor yang ke sekian .” Kataku. “Lho gue kok jadi nyeramahin orang tua gini ya ?” Tanyaku dalam hati.

“Ya Allah, sampai lupa. Terima kasih ya Zian, kamu sudah mengingatkan tante untuk bersyukur kepada Allah SWT.” Kata Tante Lisa. “Sama-sama tante !” Kataku.

“Zian, kamu kapan kesini ?” Tanya Tante Lisa. “Maaf tante, saya belum bisa ke rumah sakit sekarang, saya sekarang masih berada di sekolah. Mungkin nanti malam saya baru kesana ! nggak apa-apakan tante ?” Jawabku.

“Nggak apa-apa sayang ! tapi beneran ya kamu nanti ke sini ?” Kata Tante Lisa. “Insyaallah tante !” Jawabku. “Tante tunggu lho !” Kata Tante Lisa.

“Iya tante !” kataku singkat. “Ya sudah, kamu lanjutkan pekerjaan kamu di sekolah ! Maaf kalau tadi tante mengganggu kamu !” Kata Tante Lisa.“Oh…nggak apa-apa kok tante !” Kataku.

“Assalamualaikum…” Kata Tante Lisa. “Waalaikumsallam…” Jawabku. Setelah itu, aku langsung melanjutkan pekerjaanku membersihkan daging kurban.

Semua pekerjaan di sekolah selesai pukul 15.00. Rasanya capek sekali. Saat aku dan teman-teman yang lain akan pulang, tiba-tiba pak Santoso memanggil kami.

“Kalian semua mau kemana ?” Tanya Pak Santoso dengan muka yang tetap menyeramkan meskipun terlihat sedikit ramah. “Mau, mau, mau pulang Pak !” Jawab Maria dengan gugup.

“O…mau pulang ya ? Kalian sudah makan ?” Tanya Pak Santoso lagi. Kamipun langsung bertanya-tanya. Ada apa dengan Pak Santoso ? Kok tiba-tiba Tanya kita sudah makan apa belum.

“Belum Pak !” Jawab Bayu. “Karena kalian dari tadi malam terus hadir ke sekolah dan kerja kalian bagus seharian ini, kalian bapak ajak makan ke rumah bapak. Bagaimana ? mau ?” Tanya Pak Santoso.“Mau pak !” Jawab Dika bersemangat.

Kami semua akhirnya ke rumahnya Pak Santoso. Sebenarnya kami diajak naik mobilnya Pak Santoso, tapi kami menolaknya karena kami membawa motor.

Setelah dari rumah Pak Santoso, kami langsung pulang kerumah masing-masing. Aku yang dari tadi agak bad mod, saat sampai di rumah langsung shalat ashar dan langsung tidur tanpa memperdulikan Zakka berada dimana.

Tak terasa, jam di dinding menunjukkan pukul 17.30. Tapi, aku masih juga tidak bisa terbangun. Aku baru terbangun saat Zakka datang.

“Kak, bangun kak !” Kata Zakka yang membangunkanku. “Eh, dari mana kamu ?” Tanyaku yang masih berada di tempat tidur. “Dari rumah sakit. Kak, Kak Rizal udah sadar lho !” Kata Zakka.

“Astagfirullahhalladzim… baru sadar aku ! aku kan punya janji sama Tante Lisa mau kerumah sakit !” Kata ku dalam hati.

Aku langsung bangun dan berlari menuju kamar mandi. Aku langsung mandi. Setelah aku mandi, terdengar suara azan magrib. Aku dan Zakka lalu shalat magrib berjamaah.

Setelah shalat magrib, aku ganti baju untuk pergi ke rumah sakit. “Zak, kakak mau ke rumah sakit jenguk kak Rizal dulu! Kamu dirumah aja ya ?” Kataku. “Iya kak !” jawab Zakka yang nurut saja sama aku.

Aku langsung pergi kegarasi untuk mengambil motorku dan langsung pergi ke rumah sakit. Tapi, sebelum aku ke rumah sakit, aku terlebih dahulu membeli roti kesukaan Rizal di toko roti diujung komplek yang berda di dekat taman.

Aku masih ingat, saat aku dan Rizal masih pacaran, dia sering mengajakku ke toko roti itu untuk membeli roti kesukaan dia. Setelah itu, aku baru ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, aku langsung menuju tempat Rizal dirawat tanpa ke ruangannya kak Firman dulu. “Ass…salamualaikum !” Kataku sambil membuka pintu kamarnya Rizal.

Betapa terkejutnya aku, saat aku masuk keruangannya Rizal, ternya ada seorang cewek di sana sedang memegang-megang tangannya Rizal. Ya, kayak orang pacaran!. Dengan senyum yang aku paksakan, aku mencoba mendekati Rizal.

“Waalaikumsallam !” jawab mereka berdua. “Eh, Zian !” Kata Rizal merasa tak berdosa denganku karena aku melihat dia sedang berpacaran di kamarnya. “Zal, ini buat kamu, aku taruh meja aja ya?” Tanya ku lalu aku menaruh roti bawaanku tadi di meja di dekat tempat tidurnya Rizal.

“Yan, kenalin ini Putri pacar aku ! Put, ini Zian sepupu aku !” Kata Rizal. “What ? sepupu ? gila ni anak ! Aku langsung kaget.

Aku mencoba untuk terus tersenyum meskipun di hatiku yang paling dalam aku menangis. “Zian !” Kataku sambil bersalaman. “Putri !” Kata dia menyalamiku.

“Zal, aku mau ke kak Firman dulu ya ? aku tadi belum kesana !” Kataku. “Tapi, nanti balik lagi kesini lho ya ?” kata Rizal. “Yup…!” Kataku singkat.

Lalu aku meninggalkan mereka berdua. Di luar kamarnya Rizal, tepatnya di ruang tunggu aku hanya bisa terduduk menangis. Tapi, hati ku terus bertanya-tanya.

“Kenapa kamu menangis ? Kenapa ? diakan udah mantanmu. Jadi apa yang harus kamu tangisi dari dia ? Kenapa kamu cemburu ?” Hanya kata-kata itu yang berulangkali muncul di benakku.

Tanpa aku sadari, ternyata Tante Lisa sudah ada di depanku. “Zian, kenapa kamu nggak masuk ?” Tanya Tante Lisa. “Maaf tante, lagi ada pacarnya Rizal !” Kataku.

Lalu Tante Lisa menengok sebentar ke kamarnya Rizal. “Zian ikut tante yuk ?” Kata Tante Lisa. “Kemana tante ?” Tanyaku. “Makan malam ! kamu pasti belum makan kan ?” Kata Tante Lisa.

Aku hanya mengikuti Tante Lisa. Kamipun memilih sebuah restaurant di dekat rumah sakit untuk makan malam. Di sana, kami mengobrol panjang lebar.

Sepertinya Tante Lisa tau kalau aku sedang sedih. Makanya, dia mengajakku mengobrol panjang dengan di selingi canda tawa.

“Zian, tante ngerti… kamu pasti sedih sekali melihat Rizal dengan pacar barunya yang sekarang. Pasti di hati kamu masih ada serpihan-serpihan cinta untuk Rizal. Meskipun cinta itu nggak sekuat dulu, tapi masih ada kan ?” Tanya Tante Lisa.

“Jujur ya tante… saya masih ada sedikit rasa dengan Rizal. Tapi, mungkin ini harus saya pendam karena Rizal sudah punya yang baru.” Kataku. “Tapi, sebenarnya tante lebih senang kalo yang pacaran sama Rizal tuh kamu bukan Putri.” Kata Tante Lisa.

“Lho kenapa tante ? Putri kan lebih cantik dan kayaknya juga lebih pintar dari pada saya !” kataku. “Gini lho Zian, kalo Rizal pacaran sama kamu tuh dia masih punya waktu untuk keluarga, untuk hobinya dia, untuk belajar, untuk les, dan lain sebagainya.

Sedangkan kalo sama Putri, dia tuh jadi seperti driver. Dia sekarang udah nggak punya waktu untuk keluarga, untuk hobinya dia, untuk belajar, untuk les, dan lain sebagainya.

Karena Putri itu anaknya manja banget. Dikit-dikit minta antar ke sana. Dikit-dikit minta antar ke sini. Sampai-sampai, minggu lalu pas ada festival band di sekolahnya Rizal, Rizal jadi nggak bisa latihan gara-gara di suruh ngantar si Putri itu.

Dan beberapa hari lalu sebelum Rizal kecelakaan, dia sempat minta diantar untuk beli kaos dan baju di mal. Dia SMS, dan tante buka tuh SMSnya. Terus tante bales gini, eh, anak tante tuh bukan driver ya… jadi jangan seenaknya minta antar kesana kemari.” Cerita Tante Lisa panjang.

Selesai makan, kami langsung balik kerumah sakit. Saat akan memasuki kamarnya Rizal, aku ragu. Tapi, Tante Lisa terus memaksaku untuk masuk. Saat aku masuk, ternyata dia sudah sendirian dan sedang asik memainkan hpnya.

“Gimana sayang keadaan kamu ?” Tanya Tante Lisa kepada Rizal. “Udah agak baik ma !” Jawab dia tapi dengan cuek. “Ca, makasih ya rotinya…! Kamu kok tau aku paling suka banget sama roti ini !” Kata Rizal.

“Kak, kamu tuh kena gagar otak atau amnesia atau bener-bener lupa atau pura-pura lupa ?” ktaaku sedikit emosi.

“Marah, marah !” Kata Rizal sambil senyum-senyum menggodaku. “Nggak aku nggak marah kok !” Kataku. “Ca, sini deh Ca !” Kata Rizal. Aku langsung mendekat. “Apa ?” tanyaku.

“Duduk sini dulu donk !” kata Rizal seperti anak kecil. Tiba-tiba, Rizal mencium pipiku. “Hih,,,,,apaan sih kak !” Kataku dengan marah. Aku lihat Tante Lisa hanya tersenyum melihat tingkah ku dengan Rizal.

“Ya…ngambek lagi deh ni anak !” Kata Rizal. “Nggak, aku nggak ngambek…!” Kataku sambil cemberut. “Nggak ngambek kok tampangnya kayak gitu ?” Kata Rizal menggodaku sambil mencubit pipiku.

“Sakit tau…!” Kataku sambil tangannya Rizal. “Cantiknya kalo kayak gitu !” Kata Rizal. “Zal, udah donk kalo menggoda Zian ! Zian marah tuh !” Kata Tante Lisa.

“Iya ma…tapi beneran lho cantik kalo lagi ngambek kayak gini !” Kata Rizal. Mendengar perkataannya tadi, aku ingin sekali mencubit dia. Tapi, aku tau keadaan dia sekarang.

“Apa nggak cantikan pacar loe tadi ?” Tanyaku. “Pacar yang mana ?” Tanya dia. “Putri itu lho Zal !” Kata Tante Lisa.

“Oh, si manja tadi ? Udah aku putusin !” Kata Rizal. “Lho ? udah kamu putusin? kapan kamu mutusinnya ?” Tanya tante Lisa. “Tadi di sini !” Kata Rizal.

Aku hanya mendengarkan percakapan antara Tante Lisa dengan Rizal sambil memainkan hp. “Lha napa kamu putusin ?” Tanya Tante Lisa. “Habis dia ke sini waktu aku udah sadar.

Saat aku belum sadar dia nggak kesini. Aku nggak suka cewek yang cari enaknya aja kayak gitu ma !” kata Rizal. “Terus cewek yang kamu suka itu seperti apa ?” Tanya Tante Lisa.

“Pokonya ceweknya itu perhatian saat aku lagi bahagia atau lagi sedih. Dan asalkan mama tau, cewek itu ada di samping aku sekarang !” Kata Rizal. Aku langsung kaget.

“Aku ?” Tanyaku sambil menunjuk mukaku. “Ya Loe…!” Kata Rizal. “Enak aja ! Kita kan udah putus !” Kataku. “Tapi aku masih sayang sama kamu. Kita balikan lagi aja ya !” Kata Rizal.

Aku menjadi bingung. Kalau aku sama Rizal, tapi hati aku sayangnya sama Dika. “Maaf lho ! bukannya aku nolak. Tapi, di luar sana masih banyak cewek yang lebih baik dari pada aku.

Kita htsan aja gimana ?” Kataku menolak dengan dengan halus. “Kamu udah punya cowok ?” Tanya Rizal. “Belum ! tapi, aku mau kakak mendapatkan yang lebih baik dari pada aku !” Kataku.

“Kalo itu yang kamu mau , its fine ! aku terima semuanya. Tapi, aku masih bolehkan sayang dan cinta sama kamu ?” Kata Rizal. “Hmmmm…gimana ya ?” Kataku. “Please…!” Kata Rizal memohon. “It’s okey !” Kataku yang lantas tersenyum.

Setelah mengobrol lama, akhirnya aku berpamitan untuk pulang pada Rizal dan tante Lisa.

BERSAMBUNG…