Novel Cinta Sangat Romantis, Cocok Untuk Netizen Jaman Now – Part9

Novel Cinta Sangat Romantis – Halo Sobat Bijak, Masih melanjutkan Cerita tentang kisah cinta yang romantis remaja jaman now. Kalau kamu belum membaca part sebelumnya. kamu bisa ikuti tautan berikut:

Sekarang kita lanjutkan ya!

Novel Antara Cinta dan Sahabat – Part9Aku langsung mengajak teman-teman yang lain untuk berganti baju di kamar mandi di kompleks Keraton. Setelah berganti baju, kami lalu kembali ke bus untuk menarus baju yang dari tadi siang kami pakai. Saat aku kembali ke bus, Zura, dan Fiqa sudah pergi.

Aku pikir, mereka sudah duluan pergi ke Malioboro untuk berbelanja. Lalu, aku pergi ke Malioboro bersama dengan Bella, Disya, Fixa, Vio, dan teman-teman yang lain. Tak terasa, Azan magrib berkumandang.

Aku tidak tau arah kemasjid. Akhirnya, aku tidak shalat magrib. Di pasar malam Malioboro, aku hanya berbelanja untuk tante Lisa, Om Taufiq, Zakka, dan Rizal. Aku tidak membeli apa-apa.

Seletah selesai berbelanja, kami kembali ke bus kami. Ternyata, Zura dan Fiqa sudah berada di dalam bus. Saat aku tanya, ternyata, mereka berdua tidak ke Malioboro. Sambil menunggu teman-teman yang lain, aku bermain kejar-kejaran dilapangan di kompleks Keraton bersama Disya, Ega, dan Aldo.

Saat aku kembali ke dalam bus, Bella sedang kebingungan mencari tiga pasang kaos dan beberapa paket dodol yang baru dibelinya. Aku yang teman sebangkunya saat di dalam bus, aku mencoba mencarinya di kedua tasku.

Dan nihil hasilnya. Aku dan Disya membantu mencari. Akhirnya ketiga kaos milik Bella ketemu di bawah kolong tempat duduk Zura, Maria, Fiqa. Sedangkan beberapa paket dodolnya tidak ketemu.

Setelah semua berkumpul, kami makan malam. Ada yang makan malam didalam bus, ada juga yang di luar. Aku yang bertugas membagikan makanan kepada anak-anak laki-laki.

Jatah makan malamku aku taruh di bangkuku. Karena saking sibuknya melayani anak laki-laki, aku tidak sempat makan. Selesai membagikan makanan, mereka meminta air minum. Aku juga yang harus mengambilkan. Saat aku masih sibuk-sibuknya, Disya memintaku untuk meminta maaf ke pada Dira.

Aku tidak sempat untuk melakukan itu. Dan…aku gagal lagi untuk meminta maaf kepada Dira. Selesai melayani anak-anak makan, aku dan Disya akhirnya bisa makan. Kami makan di dalam bus. Baru tiga sendok, aku rasa sudah kenyang.

Lalu, aku menaruh makananku di tempat sampah setelah ayamnya aku makan. Setelah itu, bus mulai berjalan pelan-palan kembali ke Jakarta.

Sebenarnya, aku sudah ngantuk. Tapi, teman-temanku banyak yang tidak tidur. Ada seorang temanku laki-laki yang sebangku dengan Dika sedang tertidur pulas dengan mulut menganga. Seketika itupun, muncul kejailan Bayu dkk.

Vio yang masih makan, memberikan kubis dan kacang panjang kepada Bayu. Lalu, oleh Bayu dimasukkan kedalam mulut temanku tadi. Setelah kejailan Bayu dkk, muncul lagi kejailan Ega dkk. 

Dia memintaku untuk mengambilakan bulpoin. Saat aku tanya, dia tidak mengaku. Saat aku lihat ternyata, untuk menggambar diperut dan dimuka teman-teman yang lain. Aku, Dira, Aldo, dan Bima hanya tertawa saja melihat kejailan Ega.Dan yang perutnya digambaripun tidak merasakannya.

Ternyata, gambarnya muka orang. Dan pusar sebagi hitung untuk wajah itu. Wajahnya aneh-aneh. Perjalanan selama hampir lima jam, kami tempempuh, akhirnya, kami sampai di Jakarta. Aku pulangnya, pulang ke rumahnya Rizal karena orang tuanya menginginkan aku untuk sementara pulang kerumah mereka.

Pagi harinya, aku dan Zakka diantar oleh tante Lisa dan om Taufiq pulang kerumah. Aku sangat berterima kasih kepada keluarganya Rizal karena selama ini mereka telah membantuku selama aku hidup di Jakarta. Selain itu, mereka sudah seperti orang tua ku sendiri.

Mereka sangat sayang padaku dan Zakka. Mereka juga perhatian kepadaku dan Zakka. Saat aku atau Zakka sakit, mereka rela merawat kami dengan sepenuh hati seperti orang tua kami yang merawat. Mungkin karena papa dan mama sudah lama berteman dekat dengan tante Lisa dan om Taufiq.

Papa dan om Taufiq adalah teman semasa SMA di Surabaya. Sebenarnya, aku sedikit tidak enak saat aku memutuskan Rizal. Tapi, mereka menghargai semua keputusanku. Mereka berpikir bahwa dengan itu semua adalah jalan terbaik untuk aku dan Rizal.

Mereka juga tidak memaksaku untuk selalu bersama Rizal. Aku tidak tau bagaimana cara berterimakasih kepada tante Lisa dan om Taufiq. Mereka sudah sangat berjasa untuk menyambung hidupku di Jakarta.

Aku hanyalah seorang anak kecil yang baru masuk ke kota besar dan tidak tahu apa-apa. Sampai aku bertemu mereka dan hidupku lebih berwana. Satu tahun semua itu berlalu. Kini, aku telah duduk di kelas XII. Aku terus memperbaiki prestasiku yang sempat sangat menurun di kelas XI. Di kelas XII ini, tidak ada waktu untuk bermain-main, belanja-belanja ke mal, nggak belajar, sampai waktu untuk pacaranpun tidak ada.

Sejak aku melewati semester satu di kelas XII, aku dan Rizal memutuskun untuk berpisah. Karena, kami ingin sekolah yang bener dulu. Kalau sudah lulus, mungkin kami bisa kembali bersama. Tiga bulan, aku manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk belajar agar aku lulus dengan nilai yang baik.

Aku tidak ingin hanya sekedar lulus. Aku ingin membanggakan kedua orang tuaku. Dan tidak lupa aku juga ingin membanggakan tante Lisa dan om Taufiq. Aku ingin menunjukkan kepada mereka bahwa aku yakin aku pasti Bisa !.

Aku bisa memberi nilai yang baik dan aku juga bisa membanggakan kalian. Hari ini, hari pertama ujian nasional untuk SMA sederajat. Sebelum mengerjakan soal, aku terlebih dahulu berdo’a agar diberi kemudahan untuk mengerjakan soal-soal yang di ujikan.

Selesai berdoa’ aku langsung mengerjakan soal-soal yang telah di berikan oleh pengawas kepadaku. Ternyata, hampir 90% aku bisa mengerjakan soal-soal yang diujikan. “Semoga hari-hari ujian nasional yang seterusnya bisa semudah ini aku mengerjakannya” harapku dalam hati. Setelah menghadapi ujian nasional, tinggal menunggu hasilnya saja.

“Apakah aku lulus atau tidak ? Apakah aku bisa mendapatkan nilai yang baik ? Apakan aku bisa membanggakan kedua orang tuaku ?” Pertanyaan itu selalu terngiang setiap hari sebelum aku menerima hasil ujianku. Hari yang aku tunggu-tunggupun datang.

Hari ini pengumuman hasil ujian nasional atau kelulusan. Aku cukup nervous menunggu pengumuman itu. Saat ku lihat namaku tertera, dengan nilai yang baik, aku langsung mengucapkan syukur kepada Allah SWT.

Aku juga terharu dengan nilai kelulusanku. Aku tidak menyangka, aku bisa lulus dengan nilai yang baik. Aku meneruskan kuliah di Surabaya agar aku tetap dekat dengan keluargaku. Selain itu, sejak dulu aku mengincar Surabaya sebagai kota untuk menjadikanku sebagai sarjana di sebuah bidang. Yaitu kedokteran.

Semoga aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan selama ini. Selain itu, ada satu alasan yang membuatku harus pindah ke Surabaya. Sejak aku naik kelas XII, aku menderita penyakit radang otak dan tifus yang akut.

Di Surabaya, aku menjalani rawat jalan untuk kedua penyakitku. Ternyata, penyakitku itu timbul saat aku terlalu memikirkan Dira dulu. Ya,semua itu harus aku terima dengan lapang dada. Ternyata, semua itu sungguh sulit dilakukan.

Apalagi terjebak antara cinta dan sahabat. Malah membuat bingung diri sendiri. Dari semua kejadian diatas, aku mendapat sebuah pelajan bahwa LEBIH BAIK KEHILANGAN PACAR DARI PADA KEHILANGAN SAHABAT.

Itu semboyanku kini. Memang, hidup tanpa salah satu dari itu memang terasa kurang. Tapi, kita harus merelakan salah satu jika berbenturan.

TAMAT